Article Detail

Yuk Menyanyi

“balonku ada lima

rupa- rupa warnanya

hijau kuning kelabu

merah muda dan biru

meletus balon hijau

dooooooooor

hatiku sangat kacau

balonku tinggal empat

ke pegang erat-erat”

Lagu tersebut tidak asing di telinga kita apalagi yang hidup sebelum tahun 2000  an. Sedangkan zaman sekarang anak-anak lebih akrab dengan lagu yang bertemakan cinta. Selain tidak sesuai dengan perkembangan usia mereka, banyak lagu masa kini tidak mengandung pesan moral yang baik bagi generasi penerus bangsa. Banyak anak yang lebih hafal lagu “cinta cenat cenut”, “inikah cinta”, “mencintaimu”, “cinta tak ada logika”  daripada lagu “balonku”, “bintang kecil”, “pelangi-pelangi”, hingga lagu “di obok-obok”.

Salah satu contoh yang memprihatinkan ketika mendengar jawaban siswa-siswi sekolah dasar usia 6-8 tahun diajak menyanyi lagu “balonku”. Jawaban mereka adalah “ga mau nyanyi lagu itu bu, itu kan lagu anak TK (Taman Kanak-kanak)”. Hal apa yang mendasari jawaban siswa-siswi tersebut mungkin hanya mereka yang tahu jawabannya. Namun, apakah kita akan diam saja melihat situasi tersebut? Apa yang akan kita lakukan agar hal semacam itu tidak terjadi lagi?

Oleh karena itu, penulis mengajak para pembaca untuk melestarikan kebiasaan baik yang pernah kita alami dan rasakan pada masa kecil kepada generasi kita. Agar kebiasaan baik tersebut tetap dapat dialami dan dirasakan oleh mereka. Sebab hal ini menjadi keprihatinan kita bersama ketika menyaksikan anak-anak tidak tumbuh sesuai dengan usia perkembangan mereka.

Wilhelmina yanuari

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment