Article Detail
Naik Gajah di Taman Wisata Alam Bukit Serelo Lahat (Konservasi Gajah)
Lahat (19/12)-- Akhir pembelajaran semester gasal tahun 2017-2018 diakhiri oleh peserta didik kelas III SD Santo Yosef Lahat dengan Outing Class ke Wisata Alam Bukit Serelo Lahat (12/12). Tempat tersebut merupakan kawasan konservasi gajah (Elephant Conservation) yang ada di Perangai Kabupaten Lahat. Waktu tempuh yang cukup jauh yaitu kurang lebih 1,5 jam perjalanan ini tidak lantas membuat kami patah semangat untuk mencapai daerah tersebut. Sepanjang perjalanan yang ditemui adalah daerah tambang batubara milik PT BAU Lahat. Jalan ini cukup ramai dilalui oleh truk-truk besar yang mengangkut batubara ke Palembang. Karena hal tersebut keadaan jalan menjadi tidak rata dan berlubang-lubang (rusak). Jalan yang tadinya beraspal, berubah menjadi jalan berpasir dan berkerikil juga berlubang-lubang. Pemandangan di kiri dan kanan jalan masih sama, Ada juga beberapa kebun karet milik warga sekitar. Pusat Konservasi Gajah ini merupakan milik pemerintah tepatnya Kementerian Kehutanan. Gajah-gajah yang ada di Pusat Konservasi Gajah ini adalah gajah-gajah yang sudah berumur sekitar 23 tahun sampai yang peling tua berkisar 26 tahun. Jumlah gajah di tempat ini ada 10 ekor gajah yaitu 9 gajah betina dan 1 gajah jantan.
Kami berangkat dari sekolah dengan menggunakan 2 bus milik Dinas Perhubungan Kabupaten Lahat dan 15 mobil pribadi milik orangtua siswa/siswi kelas 3. Kegiatan ini dilaksanakan juga bekerjasama dengan anggota FKKSKM SD Santo Yosef Lahat yang terdiri dari orangtua murid sendiri. Peserta yang ikut sebanyak 140 orang yaitu terdiri dari 120 siswa/siswi kelas 3 dan 20 guru pendamping serta anggota FKKSKM. Kami berangkat mulai pukul 07.30 WIB dan tiba di Konservasi Gajah sekitar 09.00 WIB.
Di Pusat Konservasi Gajah ini, kita bisa piknik sambil belajar berbagai hal tentang gajah. Kemudian anak-anak dibagi menjadi dua kelompok kelas sehingga kegiatan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama. Dua kelas pertama yaitu kelompok kelas 3C dan 3D terlebih dahulu menaiki gajah. Anak-anakpun sangat senang sekali. Tapi ada juga dari mereka yang ketakutan untuk menaiki gajah. Dengan pendampingan dari ibu guru akhirnya anak-anak yang merasa takut naik gajah itu berani untuk naik gajah. Sementara dua kelas lagi yaitu kelas 3A dan 3B mengikuti penjelasan tentang manfaat dan pengetahuan tentang gajah (belajar bersama) yang di pandu oleh Bapak Makmun selaku Kepala Sub PLG di sekolah gajah tersebut.
Sebelum anak-anak menaiki gajah, diawali dengan perkenalan dari gajah-gajah yang akan membawa anak-anak keliling area tempat Konservasi gajah tersebut. Ada Lusi (gajah betina, berat sekitar 1,6 ton), Nancy (gajah betina, berat sekitar 1,5 ton), Tiara (gajah betina berat 1,5 ton), dan Ardo (gajah jantan, berat sekitar 1,9 ton). Ada empat ekor gajah yang siap untuk membawa kami berkeliling daerah konservasi gajah tersebut.
Setelah berkenalan dengan gajah-gajah tersebut, anak-anak pun diajak untuk menaiki gajah secara bergantian yang dibantu oleh beberapa pawang gajah disana. Juga tidak ketinggalan para orangtua yang ikut dalam Outing Class tersebut turut serta menaiki gajah. Wah , keren !
Kegiatan dilanjutkan dengan makan siang bersama. Setelah kenyang makan siang, kami pun bersiap-siap untuk pulang. Sebelum pulang kami tidak lupa berdoa agar kiranya tempat wisata alam yang menjadi tempat pemeliharaan hewan-hewan yang hampir punah seperti gajah dapat tetap terjaga kelestariannya, dan anak-anak semakin lagi mengenal gajah dalam bentuk atau wujud yang nyata bukan hanya melalui gambar, buku-buku pengetahuan tentang gajah ataupun film-film.
Kegiatan Outing Class yang diadakan oleh SD.Santo Yosef Lahat ini sangat berguna bagi pembelajaran anak-anak, sehingga anak-anak tidak hanya melulu belajar di dalam kelas tetapi dapat juga belajar sambil berwisata di alam nyata, khususnya di daerah Lahat agar semakin dikenal banyak orang. Semoga dengan adanya kegiatan ini anak-anak diajak untuk lebih memiliki kepedulian terhadap alam ciptaan Tuhan yang luar biasa dan lebih bersyukur karena memiliki keanekaragaman budaya, sehingga nama Tuhan semakin dimuliakan dan sesama diabdi (EG.51).Agnes Julianti Samosir, S.Pd
-
there are no comments yet